Selasa, 23 November 2010

tentang hijab


Beberapa hari ini seorang sahabat semasa smp dulu rajin menanyakan khabar di jejaring sosial milik saya. Entah mengapa belakangan ini dia menjadi lebih rutin, sering timbul malu dalam hati saya karena rasanya dia selalu lebih awal mananyakan khabar alih-alih saya yang membuka pembicaraan. Kemarin ia kembali menyapa saya lebih dulu. Tidak seperti biasanya yang diawali basa-basi kali kemarin ia langsung menanyakan "...kamu sejak kapan memakai jilbab? Apa yang membuatmu berubah?" tulisnya. Sedikit banyak membaca tulisannya itu, sungguh mengejutkan mengingat sudah cukup lama ia tahu saya mengenakan hijab (jilbab).

ketika akan membalas pertanyaannya, ada dua hal yang muncul dalam pikiran saya
pertama, saya jawab secara serius berdasarkan fakta yang saya alami,
kedua, hanya dijawab seperti kebanyakan bahasa teman-teman dulu?

Setahu saya, dari photo yang ia ungga di situs sosial itu ia juga mengenakan jilbab, setelah berfikir ini dan itu saya memutuskan sedikit berdiplomasi dengan menjawab, kira-kira
"ahaha, banyak yang terjadi bu, ini dan itu".

Beberapa menit berikutnya ia kembali menulis kurang lebih begini,
"jeung cerita-cerita berbagi pengalaman kan ndak ada salahnya"

Akhirnya saya menjawab pertanyannya dengan beberapa alasan sebenarnya saya mengenakan jilbab hingga kini.

-----------------------

Benar, jika kembali dipikirkan, ternyata saat saya ditanya kenapa saya melakukan sesuatu hal, sungguh sulit menjawab jika tiba-tiba ditanya. (saya harus banyak belajar)

Mengenai masalah jilbab ini, bukan suatu hal yang mudah saya ungkapkan jika ditanya alasan-alasannya. Jadi sungguh jujur alasan saya ketika saya menjawab dengan "alsannya ini dan itu" yang bahasa ge-ul di-naruto-naruto-in jadinya "iro-irona koto atta-ttebayou" :)

Tapi sebagai manusia yang mengaku memeluk islam dan setidaknya dengan perkembangan informasi dan pengetahuan yang mudah diakses seperti saat ini, tidak lebahaiiii (berlebihan) jika dikatakan wajib mengetahui hukum menutup aurat bagi wanita khususnya muslimah. Hal itu langsung diperintahkan oleh gusti Allah di Alquranul Karim (agar mengulurkan hijab hingga menutupi dada).

Tidak mudah memang mengubah kebiasaan dari tidak menjadi ya, tapi pada ketidak-mudahan itulah nilai-nilai perjuangan kita dihargai tinggi oleh-Nya. Sungguh Dia Maha Detail dalam menghitung. Bukan masanya lagi sesorang menghindari kewajiban-kewajiban yang ia mampu melakukannya dengan alasan ini dan itu.

Saya-pun terkadang masih kurang terjaga dari hikmah mengenakan Hijab ini, saya perlu memperdalam pengatahuan saya mengenai banyak hal. Untunglah Gusti Allah selalu mengirimkan bantuan-bantuan-Nya dari segala penjuru.

Semoga Kita termasuk orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat kelak


*semoga manfaat dnh20102411